Headlines News :
Home » »

Written By BMT MITRA AMANAH SYARIAH on Sabtu, 27 Oktober 2012 | 08.26


REDESAIN EKONOMI (SYARIAH) ISLAM INDONESIA
oleh: Aji Dedi Mulawarman (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya)
PENDAHULUAN
Akhir tahun seperti ini biasanya banyak bertebaran seminar, pertemuan, diskusi panel dan tulisan-tulisan berkenaan dengan outlook ekonomi Indonesia tahun mendatang. Tidak ketinggalan ekonomi Islam atau ekonomi syariah. Apabila sebelum tahun 2009, optimisme para penggiat ekonomi Islam atau syariah terlihat dari prediksi-prediksi yang menarik dan tajam. Tetapi akhir-akhir ini terjadi penurunan optimisme. Hal ini bisa dilihat dari kinerja ekonomi Islam yang mulai stagnan dan mulai “kehabisan nafas” karena “lari sprint”.
Lihat saja tahun 2009 terjadi penurunan pertumbuhan asset perbankan syariah yang kemungkinan hanya mencapai 20% dan meleset dari perkiraan BI yang mencapai 25%  (Detik.com 7 Desember 2009). Kemudian NPF (Non Performing Finance) perbankan syariah mencapai 5,72% (Oktober 2009) melampaui prosentase NPL (Non Performing Loan) perbankan konvensional dan standar BI (kurang dari 5%). Belum lagi adanya laporan The Economist Intelligence Unit (EIU) yang menjelaskan bahwa Indonesia bukanlah tujuan investasi keuangan syariah dalam tiga tahun mendatang (Kantor Berita Ekonomi Syariah 14 Desember 2009).  Menurut EIU Indonesia hanya diminati 1% para investor danfund manager, tetangga kita Malaysia dilirik 8%, sedangkan Dubai masih berada pada urutan pertama yaitu 31%.

POSITIVISTIK MAPPING
Penulis merasa bahwa selama ini yang dilakukan oleh para pengamat dan predictor ekonomi Islam/Syariah mungkin belum lengkap, karena menggunakan Positivistic Mapping, terlalu berorientasi pendekatan matematis dan kuantitatif, serta outward lookingPositivistic Mapping tidak sesuai dengan “sense” ekonomi Islam yang katanya “utuh” dan “integrated”. Sehingga lupa dengan “kenyataan” ekonomi Islam berada di “bumi” Indonesia yang mayoritas petani dan UKM (inward looking). Sesuai kaidah yang dipakai, melihat perkembangan ekonomi Indonesia termasuk ekonomi Islam di Indonesia biasanya lebih familiar bila masuk dalam kerangka positivisme. Positivistic Mapping mengedepankan model: to explain and to predict. Perkembangan ekonomi Islam yang dipakai Positivistic Mapping sebagai tolok ukur seperti desain blue print “top-down”, prospek-kendala kronologis, struktural kelembagaan, pertumbuhan linier, dan lebih banyak pendekatan proyeksi statistik.
Coba saja kita lihat implementasi penggunaan Positivistic Mapping, yaitu pada ukuran-ukuran untuk perkembangan ekonomi Islam, mulai dari pembenahan struktur kelembagaan dengan pendekatan regulasi (perlunya UU), peraturan (MUI, BI dan lainnya), untuk perbankan syariah misalnya terdapat program akselerasi dan proyeksi market share 5% . Yang paling baru, karena market share perbankan syariah tidak mengenai sasaran (hanya mencapai 2,2%, maksimal 2,5%; 51-60 Trilyun), seperti telah saya prediksikan sejak 2007 lalu lewat berbagai tulisan. BI kemudian misalnya menggunakan penekanan outlook 2009 dan sekarang 2010 lewat skenario pertumbuhan nilai asset perbankan syariah (pesimis 26%-72 Trilyun; moderat 43%-97 Trilyun; dan optimis 81%-124 Trilyun). Kemudian juga berkenaan dengan prediksi Pendirian Bank Islam per Juli 2009: 5 BUS, 26 UUS, 133 BPRS, Office Channeling 1680 outlet. Atau dilihat juga Proyeksi kebutuhan SDM Perbankan sampai dengan 2014 sebesar 42 ribu (dari 13.520 karyawan). Di luar perbankan syariah misalnya terdapat Dana Reksadana Syariah 2003 66,9 Miliar dan pada 2008 menjadi 1 Trilyun, Kantor Asuranasi Syariah per 2008 38 unit dengan nilai net premi 27 Trilyun.  Oustanding Sukuk Negara 2009 19,9 Trilyun, Outstanding Sukuk Korporasi 2009 5 Trilyun. Yang lebih umum misalnya, Proyeksi Pendidikan Perbankan Islam, Pengembangan Pengajaran Ekonomi Islam, dan lain-lain.
Positivistic Mapping melihat desain ekonomi Islam Indonesia selalu dikerangka dalam kronologi waktu dengan pencapaian-pencapaian linier dan tumbuh, meningkat dan semuanya diarahkan pada logika umum ekonomi yaitu pertumbuhan/growth, keuntungan dan ekuitas para penggiatnya. Kalaupun ada yang namanya tujuan kesejahteraan itupun kelihatannya tidak berbeda dengan ekonomi konvensional.  Jangan lupa, kalau dilihat dari filosofi ekonomi konvensional, Pemikiran Ekonomi Kapitalis, Sosialis, Lingkungan atau Ekonomi Baru selalu mendiskusikan alternatif dari dua kata magis Kesejahteraan dan Keadilan menuju Ekonomi Berhati Nurani (Michael Dua 2008). Tidak ada di dunia ini yang mengatakan ekonomi itu tidak bertujuan pada kesejahteraan. Dan itu pula yang kemudian dikritik  bahwa ekonomi kesejahteraan Barat hanyalah kesejahteraan bersifat pertumbuhan dan linieritas serta mekanistis. Pemikiran Ekonomi Baru ala Tony Fritjof Capra atau Danah Zohar dan Ian Marshall kemudian mendekati Ekonomi dalam koridor Spiritualitas yang memberi jiwa bagi kepentingan diri-sosial-alam.

POSITIONING MA’RIFAT EKONOMI
Apakah pengembangan seperti itu sudah cukup? Apakah pendekatan Positivisme Perkembangan sudah cukup tepat untuk melihat konstruksi Ekonomi Islam ke depan? Ada yang lebih urgen dari sekedar menderivasikan Ekonomi Islam secara positivistik seperti itu. Di sini dinamakan dengan Pemetaan Konstruktif Ekonomi Islam (Constructive Mapping on  Islamic Economy). Pemetaan Konstruktif adalah bagian dari Makrifat Ekonomi Islam dan memiliki dasar Qur’an Surat Rum ayat 30: Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah) atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai fitrahnya. Tidak ada perubahan bagi ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Ekonomi Islam semestinya tidak hanya mendekatkan kepentingan keadilan dan kesejahteraan atau spiritualitas general an sich, tetapi perlu Beyond. Karena prinsip Islam adalah Fitrah Kemanusiaan dari Fitrah Ketuhanan (QS 30:30). Ekonomi Islam perlu kembali ke fitrah kemanusiaannya, fitrah alam semesta, Fitrah Ketuhanan, Kesatuan Fitrah Kemerdekaan (fungsi khalifatullah fil ardh) sekaligus Kesucian (fungsi abd’ Allah). Kesatuan Fitrah nampak pada Sirah Rasul mengedepankan keseimbangan intermediasi-produksi-retail berbasis mikro ekonomi yang mengendalikan makro ekonomi. Implementasinya adalah Trilogi Fitrah, Ma’isyah-Rizq-Maal untuk mencapai Barakah.
Ma’rifat Ekonomi Islam tidak hanya melakukan pendekatan seperti Positivistic Mapping.  Positivistic Mapping melakukan interkoneksi model ekonomi konvensional dengan ekonomi Islam tradisional kemudian dilakukan reinterpretasi ulang berdasarkan landasan normative Islam, yaitu Tawhid. Pendekatan positivistic model seperti itu sangat top-down dan tidak membumi.
Ma’rifat Ekonomi Islam menggunakan Constructive Mapping. Constructive Mapping melakukan integrasi tiga komponen, yaitu model ekonomi Islam tradisional, model ekonomi konvensional disertai dengan pendekatan empiris interaksi sosiologis masyarakat Muslim yang bersifat bottom-up sekaligus top-down. Berdasarkan integrasi  tiga komponen tersebut dilakukan reinterpretasi ekonomi Islam berdasarkan landasan normative Islam, yaitu Tawhid.
CONSTRUCTIVE MAPPING
Desain blue print dan positioning Ekonomi Islam saat ini (source dari Positivistic Mapping) memang tidak serta merta ditolak dan dihapus. Desain yang “positivistic” seperti itu” dan sudah ada perlu digunakan dan tetap dijadikan salah satu pijakan. Tetapi itu hanyalah salah satu dari desain ekonomi Islam yang katakanlah di sini disebut Constructive Mapping. Dalam Constructive Mapping, disamping melakukan Positivistic Mapping, diperlukan pula kajian Non-Positivistic seperti poststrukturalis, fenomenologis dan antropologis, serta genealogis bagi ekonomi Islam. Sinergi diperlukan untuk titik temu ide dan metafisika dalam bentuk aksi “New Blue Print”. Kajian Non Positivistic dalamConstructive Mapping dilakukan sebagai berikut.
Pertama, Pendekatan Genealogis merupakan agenda keseimbangan informasi historis-prediktif-proyektif. Memotret ulang sejarah, masa kini dan masa depan ekonomi Islam bukan dalam kronologi waktu dan tokoh saja. Sejarah Ekonomi Islam harus bisa menempatkan dirinya dalam ruang kebersahajaan sebagai wacana dan aksi yang memang didorong secara sinergis para tokoh, penggiat langsung, dan masyarakat. Kedua, Pendekatan Postrukturalis merupakan positioning approach untuk menemukan struktur kelembagaan kemasyarakatan, seperti Masyarakat Desa-Kota, Lembaga Formal-Informal, Masyarakat Terdidik-Pekerja, Masyarakat Muslim-Nonmuslim, Masyarakat Aktivis - Grass Root, Petani-Enterpreneur-Birokasi dan lain-lain. Ketiga, Pendekatan Fenomenologis untuk menemukan metafisika masyarakat. Menemukan metafisika berpikir dan batin pemetaan kelembagaan dan masyarakat dari poststructural approach. Membuat database dasar berpikir dan beraktivitas struktur kelembagaan dan masyarakat sesuai dengan latar belakang budaya dan interaksi sosial kekinian. Keempat, Pendekatan Antropologis untuk melihat realitas keseharian. Meneliti lebih jauh bagaimana metafisika berpikir dan batin masyarakat kemudian membentuk aktivitas sosial-ekonomi dalam koridor everyday life. Menjembatani kebijakan makro dan mikro ekonomi islam, mendekatkannya pada ruang antropologis masyarakat.
Berdasarkan Non-Positivistic Approach di atas diperlukan sinergi dengan Positivistic Mapping, yaitu Sinergi Emansipasi (Emancipation Approach). Sinergi atas analisis kebijakan positivism dan nonpositivism dalam bentuk kerangka General Idea dan Practical Content. Sinergi Ide dan Praktik untuk membuat kerangka kebijakan Aksi yang konkrit. Kebijakan Aksi Ekonomi Islam ini tetap memberikan keseimbangan informasi dan studi berbasis empiris kuantitatif dan kualitatif sekaligus, empiris pikiran dan batin sekaligus, semua tetap dalam kerangka normatif Tawhid, sebagai paradigma utamanya.

IMPLEMENTASI TEKNIS
Agenda beberapa tahun ke depan adalah merancang pemberdayaan mikro tanpa meninggalkan pengembangan makro ekonomi. Artinya, saatnya memikirkan lebih konkrit mekanisme yang menyentuh langsung pada sektor riil. Pertama, Menemukan formulasi mikro ekonomi berasas mashlaha untuk semua. Mekanisme zakat, infaq dan shadaqah bukan hanya kewajiban, tetapi perlu dielaborasi sebagai inti pendekatan mikro yang berdampak ekonomi makro. Kedua, Menemukan dari bawah mekanisme berdagang, berinvestasi, produksi dan melakukan pemasaran bagi ekonomi secara luas dan berkeadilan. Ketiga, Mengembangkan akhlak bisnis berbasis spiritualitas Islam itu sendiri. Keempat, Menggali dan mengangkat kearifan lokal berekonomi. Konsekuensinya, menelusuri mekanisme manajemen, administrasi dan keuangan/akuntansi ekonomi sesuai realitas Ke-Indonesia-an tanpa meninggalkan batasan syari’ah. Kelima, Mensinergikan mikro dan makro ekonomi atas dasar kepentingan ekonomi, sosial, lingkungan dalam bingkai ketundukan mewujudkan mashalah. Keenam, Pengembangan teknis alternatif konsep pembiayaan, seperti salaf atau qardh yang memang secara tradisional fiqh-nya dekat sistem pinjaman/pembiayaan. Ketujuh, Perlu pengembangan sistem muzara’ah dan musaqah yang memang dekat dengan realitas masyarakat Indonesia, yaitu pertanian. Perlu pengembangan berbasis sistem tersebut karena lebih dekat dengan sistem investasi-produktif, daripada sistem musyarakah atau mudharabah yang lebih dekat dengan investasi-perdagangan
PENUTUP
Indahnya Islam adalah indahnya petani, peladang dan pekebun yang selalu menyeru nama Allah, saat berinteraksi dalam harmoni alam semesta-Nya. Sejuknya Islam adalah sejuknya para pedagang dan bankir yang selalu membersihkan jiwa, dengan kejujuran dan kebaikan asali Nur Muhammad. Damainya Islam adalah damainya para pemilik modal dan penambang dalam keikhlasan cipta-proses-saluran nilai tambah, sembari menjunjung kebesaran-Mu. NIAT-kanlah untuk membangun...Back To Nature Economics, Ekonomi Kembali Ke Fitrah.. Itulah Ekonomi Islam yang suci dan penuh kilauan rahmat dan barakah Allah…Insya Allah….

Share this article :

0 komentar:

MITRA UMRAH & HAJI PLUS

INFAQ SAUDARA ADALAH SETETES AIR KEHIDUPAN BAGI YANG MEMBUTUHKANNYA SALURKAN ZAKAT,INFAQ, SEDEKAH ANDA MELALUI BAZIS BMT Mitra Amanah Syariah Info : 085279721024 / 085279881117

Recent Comments

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Samsul Mungin | samsul mungin
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. . - All Rights Reserved
Template Design by Desain Website Published by samsul mungin